A. PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA DALAM ASPEK PENDIDIKAN, SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI
Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Perlu ditumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera diarahkan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan angka kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan keluarga.
Gerakan keluarga berencana diupayakan agar makin membudaya dan makin mandiri melalui penyelenggaraan penyuluhan keluarga berencana, disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap memperhatikan kesehatan peserta keluarga berencana dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, moral, etik, dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab.
Peran serta pemuka agama, pemuka masyarakat, organisasi dan lembaga masyarakat lebih ditingkatkan melalui upaya penerangan, bimbingan, dan penyuluhan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda agar gerakan keluarga kecil bahagia dan sejahtera makin memasyarakat dan membudaya di seluruh tanah air.
ASPEK AGAMA
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang merupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki dan berpegang pada suatu agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama.
Dalam Islam terdapat konsep keluarga sakinah yakni keluarga yang tenteram di mana suami-istri dituntut menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmoni antara kebutuhan fisik dan psikis. Yang dimaksud psikis adalah menjadikan keluarga sebagai basis pendidikan sekaligus penghayatan agama anggota keluarga. Kesakinahan merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah yang berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang baik, kemudian menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta mendidik anak dalam suasana mawaddah warahmah. Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya:
“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. Ar-Ruum:21)
ASPEK PENDIDIKAN
Kehidupan kita dimulai di dalam lingkungan keluarga. Kita besar dan dididik di dalam keluarga kita. Kita tumbuh dari kecil dalam lingkungan keluarga. Orang tua mengajar bagaimana kita harus bertindak. Orang tua juga yang membesarkan kita dengan pendidikan dan etika. Jika kita melihat seorang anak kecil sering mengucapkan kata-kata kasar, apakah kita sadar bahwa anak tersebut tumbuh di lingkungan keluarga, sehingga terkadang kita malah menyalahkan anak tersebut, padahal yang seharusnya disalahkan adalah pendidikan dalam keluarganya? Sering kali kita menyalahkan anak kecil yang berbuat salah, padahal bukankah anak kecil belajar dan mencontoh tindakan atau perilaku dari orang dewasa?
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang anak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidup berdampingan dan damai.
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada orang atau pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi manusia yang lebih baik, lebih bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan masyarakatnya.
Keluarga merupakan wahana pertama dan utama dalam pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (sekolah) untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memilki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum, dll) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, dll), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
ASPEK EKONOMI
Jika kita cermati secara mendalam, selama ini pemerintah mengelompokkan keluarga di Indonesia ke dalam dua tipe. Pertama, tipe keluarga pra-sejahtera. Yang kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang, pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. Kedua, tipe keluarga sejahtera. Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalah sebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
Selama ini konsentrasi pembinaan terhadap keluarga yang dilakukan oleh pemerintah adalah menangani keluarga pra-sejahtera. Hal itu terlihat dari program-program dasar pembinaan keluarga seperti perencanaan kelahiran (KB), Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), pelayanan kesehatan gratis, pembinaan lansia, pengadaan rumah khusus keluarga pra-sejahtera dan sejenisnya.
Namun demikian, jika kita cermati dari tahun ke tahun terkesan bahwa program pembinaan keluarga menjadi jalan di tempat. Jika kita berani melakukan refleksi atas hasil pembinaan yang selama ini dilakukan, dapat terlihat beberapa gejala sebagai berikut:
Pertama, walaupun sudah dilakukan pembinaan bertahun-tahun masih banyak keluarga yang mengikuti program-program secara pasif partisipatif.
Kedua, masyarakat menganggap bahwa program pembinaan keluarga identik dengan program pemberian bantuan tertentu.
Ketiga, program pembinaan keluarga identik dengan program pembinaan keluarga miskin.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kiranya perlu dilakukan pembenahan dimana keluarga diarahkan untuk menjadi keluarga yang secara sadar dan proaktif berjuang menjadi keluarga yang sehat dan sejahtera. Istilah yang kiranya tepat dan berbau promotif adalah membangun keluarga kreatif, yaitu keluarga yang mampu mengenali permasalahan keluarganya masing-masing, mencari alternative dalam mengatasi masalah, dan secara proaktif merencanakan masa depan sendiri sesuai situasi dan kondisi masing-masing.
Persoalannya adalah bagaimana kita mampu melakukan pembinaan terhadap keluarga agar berkembang menjadi keluarga kreatif. Ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu:
ü Melakukan pembinaan dan pendampingan manajemen ekonomi keluarga.
ü Pembinaan kewirausahaan.
ü Pemberian bantuan usaha modal usaha.
ü Pendidikan kreativitas.
Jika saja banyak keluarga Indonesia yang berkembang ke arah keluarga kreatif, dapat diyakini bahwa semakin hari semakin banyak keluarga Indonesia yang mampu mewujudkan diri menjadi keluarga yang sehat, sejahtera, sekaligus mandiri. Jika demikian, pemerintah tidak perlu lagi banyak mengeluarkan anggaran yang bersifat konsumtif untuk masyarakat. Jika anggaran konsumtif yang selama ini dikenal sebagai subsidi dapat ditekan seminimal mungkin, maka secara perlahan-lahan perekonomian negara menjadi lebih kuat. Dan pada akhirnya keluarga sehat, sejahtera, mandiri dapat terwujud, negara yang sehat, sejahtera, dan mandiri perlahan-lahan dapat terwujud pula.
ASPEK SOSIAL BUDAYA
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan sikap sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan empati, rasa setia kawan dan sebagainya.
Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan dalam partisipasinya di masyarakat kelak; dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986) bahwa kita terlahir bukan sebagai manusia, dan baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi dengan orang lain. Artinya, sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat seseorang menjadi manusia (human) atau untuk menjadi mahluk sosial yang sesungguhnya (social human being).
Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal keluarga, yaitu:
1) Status sosial, dimana dalam keluarga distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitu bapak/suami, ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status sosial menjadi penting karena dapat memberikan identitas kepada individu serta memberikan rasa memiliki, karena ia merupakan bagian dari sistem tersebut.
2) Peran sosial, yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok menurut status sosialnya.
3) Norma sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang menggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial.
B. KENAKALAN REMAJA MENURUT PANDANGAN AGAMA
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam mayarakatnya. Kartini Kartono (1988) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat oleh suatu kelainan dan disebut ”kenakalan”. Dalam Bakolak inpres No: 6/ 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat antisosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988) mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum, yaitu:
1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2) Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja menjadi tiga tingkatatan:
1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tanpa izin.
3) Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
TEORI TABIAT MANUSIA
Pakar psikologi konseling membuat berbagai teori untuk menjelaskan pembentukan tabiat manusia. Corey (1986) menyatakan beberapa teori pentingyang menjelaskan tabiat itu ialah:
Teori psikoanalisis yang diasaskan oleh Frued. Teori ini menyatakan tabiat manusia pada asalnya jahat karena dipengaruhi oleh unsur-unsur rangsangan seksual, kuasa agresif dan tdak rasional yang terwujud dalam diri manusia yang bertujuan menjaga survival perkembangan hidupnya. Unsur-unsur itu bertindak di dalam diri manusia secara membabi buta (tidak sadar). Kombinasi unsur-unsur itu dan konflik hidup semasa kecil yang tidak dapat diselesaikan pada masa itu akan menjadi puncak dan penentu tabiat anak pada masa depan.
Teori analisis transaksi. Teori ini menerangkan tabiat manusia terbentuk hasil dari script hidup yang ditentkan oleh orang tua. Semasa kecil anak akan merekamkan secara langsung apa saja saja percakapan dan perbuatan yang ditayangkan oleh orang tua kepada mereka. Konflik akan berlaku apabila anak itu mencoba menilai semua script hidup yang lama atau menerbitkan script hidup yang baru dihasilkan dari perkembangan emosi pikirannya dan pengaruh sekitarnya.
Teori behaviorisme. Menurut teori ini tabiat dan tingkah laku manusia terbentuk dari proses pembelajaran dan evolusi sekitarnya. Tabiat manusia menjadi masalah apabila mereka menerima pembelajaran dan lingkungn yang salah, walaupun mereka sendiri yang mencipta sistem pembelajaran atau membentuk lingkungannya.
Teori pemusatan klien. Teori ini mengistilahkan bahwa tabiat manusia semula adalah baik, rasional, bertanggung jawab, dan berusaha menciptakan kesempurnaan diri. Walau bagaimanapun manusia juga cenderung menjadi kecewa dan bermasalah apabila keperluan mencapai kesempurnaan diri dihalang seperti gagal mendapat kasih sayang, keselamatan, dan sebagainya.
Pandangan teori di atas tentang tabiat manusia adalah sebagian dari pandangan Islam. Mereka mengkaji tabiat manusia dari aspek luar saja dengan merujuk kepada faktor lingkungan, kemahiran orang tua dan keperluan jasmani. Keadaan ini berlaku karena mereka tidak dibimbing oleh Al-Qur’an dan kajian itu dibuat berdasarkan latar belakang kehidupan masyarakat di barat.
Peralihan zaman alam kanak-kanak menuju alam dewasa adalah suatu masa yang penting kepada remaja karena pada masa ini mereka akan menentukan konsep dirinya atau siapakah diri aku atau suatu proses menentukan konsep jati diri pada dirinya. Rogers (1985) menyatakan antara perubahan nyata yang berlaku pada akhir masa remaja ialah:
o Perubahan fisik
o Perubahan emosi dan fikiran
o Narcisme
o Mengikuti kumpulan
o Menentang kekuasaan
FAKTOR KENAKALAN
Berdasarkan pandangan Islam dan sokongan teori psikologi konseling barat, puncak kenakalan remaja dibagi dalam empat faktor:
1. Faktor keluarga
Akhlak anak bermula di rumah. Anak sejak kecil dan sebagian besar masanya berada dalam lingkungan keluarga. Ini menunjukan perkembangan mental, fisik dan sosial adalah di bawah kawalan orang tua atau berdasarkan kepada skrip hidup yang berlaku dalam sebuah rumah tangga. Oleh yang demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar puncaknya adalah berasal dari pembawaan keluarga itu sendiri. Isu pembawaan keluarga itu ialah:
1) Status ekonomi orang tua yang rendah dimana anak tumbuh besar dalam keadaan terlantar.
2) Kehidupan orang tua yang penuh dengan maksiat.
3) Orang tua lebih mementingkan pekerjaan daripada menjaga kebajikan keluarga.
4) Rumah tangga yang tidak kokoh atau bercerai berai.
5) Syiar Islam tidak kokoh dalam rumah tangga.
2. Faktor pribadi yang kotor
Pribadi yang kotor adalah merujuk kepada seseorang yang rusak akhlaknya atau mempunyai sifat-sifat yang keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, sombong, tidak amanah, dsb. Keadaan ini berlaku karena individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu, hasil daripada pendendam dan pengalaman yang diterima sejak kecil. Pribadi yang kotor mungkin telah bermula sejak kecil dan kemudian diperkukuh pula apabila anak itu melalui masa remaja. Dengan kata lain pribadi fitrah anak telah menjurus kepada pribadi yang jiwanya kotor.
3. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat memberi pengajaran dan pendidikan kedua kepada anak setelah orang tua. Faktor sekolah yang mempengaruhi seorang anak ialah:
§ Disiplin yang longgar
§ Orang tua tidak mengetahui kemajuan dan pencapaian anak di sekolah.
§ Guru tidak mengetahui masalah yang dihadapi murid-murid.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan merujuk pda peranan masyarakat, multimedia, dan pusat-pusat hiburan yang menyediakan berbagai produk yang boleh menggalakkan dan meningkatkan rangsangan seksual.
Aktivitas faktor lingkungan yang akan merusak akhlak manusia contohnya, persembahan konser rock, pusat-pusat video game, aborsi, pergaulan bebas lelaki dan perempuan, penyiaran gambar porno, merebaknya pusat-pusat hiburan yang berunsur seks, dan aktivitas simbol seks seperti pertandingan ratu cantik dan pertnjukan fesyen wanita.
Rasulullah SAW mengajarkan kaidah-kaidah dalam program bina insan sebagai pengajaran tentang pembentukan akhlak manusia, yaitu meliputi:
§ Kaedah pendidikan hati
§ Kaedah menghayati ibadat khusus
§ Kaedah Qiyamullail
KEMAHIRAN ORANGTUA
Al-Quran dan Hadis telah memberi garis panduan umum yang berhubungan dengan kemahiran orang tua dalam mendidik anak-anak. Orang tua adalah pemimpin dalam rumah tangga, mereka perlu mengetahui dan menguasai kemahiran tertentu. Antara panduan kemahiran orang tua yang digariskan oleh Islam ialah:
Orang tua hendaklah berlaku adil, menjaga kebajikan dan selalu memaafkan anggota keluarganya yang berbuat salah. (Surah An-Nahl:90).
Bersikap lemah lembut dan memberi pertolongan serta bimbingan. (Surah Ali Imran : 159)
Orang tua tidak boleh kecewa dan menyesal dengan tingkah laku anaknya, demikian pula anak tidak boleh merasa sengsara karena perbuatan orang tuanya. (Surah Al-Baqarah : 233)
Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Seseorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang berakhlak mulia dan berlemah lembut dengan anggota keluarganya.”
Berdasarkan pandangan Islam dan pendapat ahli psikologi konseling, kemahiran orang tua yang perlu dikuasai oleh orang tua ialah:
§ Model orang tua yang sholeh
§ Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang
§ Terima anak tanpa syarat
§ Mengisi waktu luang bersama anak
§ Peka terhadap pergerakan dan tingkah laku anak
§ Jangan menyalahgunakan kekuasaan
§ Kesabaran
HIDAYAH ALLAH
Hidayah Allah juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi akhlak seseorang. Sebagai contoh, Nabi Nuh a.s. gagal membujuk istri dan anaknya untuk memeluk Islam. Begitu juga Rasulullah s.a.w. gagal membujuk pamannya Abu Thalib kembali ke pangkuan Islam. Allah berfirman:
”Sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang Engkau kasihi (supaya ia menerima Islam) tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakinya, dan dialah jua yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.” (Surah Al-Qasas : 56)
Manusia adalah sebaik-baik kejadian, berakal, selalu berfikir, menyelidiki dan menentukan keputusan pemikiran baik, maka baiklah perbuatannya. Tetapi bila jalan pemikirannya salah, maka akan salahlah perbuatannya. Orang yang baik dan benar jalan pemikirannya maka orang itu dikatakan mendapat hidayah dari Allah. Maka apabila pemikirannya menyimpang hingga melakukan kejahatan maka ia tidak mendapat petunjuk Allah. Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu berdo’a kepada Allah untuk mendapatkan petunjuk dari-Nya.
Thank’s yeah dah bantuin nambah-nambah makalah gw!!!
tararengkyu dah bantuin makalah qt…………
Thankz B.G.T !!!!!!!!!!
THANKZZZ YEAH…. BWT NAMBAH MAKALAH QTA2… HE..HE..HE..
gud creation…
thx dah uploading ni materi, kbtulan lgi btuh bwd bhan presentasi klp…
tq tq tq….
thanks bgd ya c0z dh memprmudah pncarian makalah q….
thanx yah udah bantuin bikin makalah
ade x,tajuk psl pendidikan al-quran membina keluarga sejahtera?
artikelnya panjaaaang banget…. but it’s full of creations…. terima kasih udah share
teruskan berbagi karena sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain
makasih ya udah berbagi pengetahuan.. bisa membantu saya dalam membuat makalah…
thank’s, tulisannya sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan membantu saya dalam pengumpulan bahan untuk diskusi ibu-ibu. terus berkkarya.
makalah yg bgus izin mnggunakannya,,smoga manfaat